Esai – Pengangguran di Kabupaten Bangkalan seakan menjadi permasalahan sosial yang tak pernah usai. Sebagai seorang pemuda asli Bangkalan yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi, saya merasa terpukul dengan kenyataan sulitnya mencari pekerjaan di tanah kelahiran sendiri.
Lulus kuliah dengan harapan besar untuk berkontribusi membangun daerah ternyata berakhir dengan kekecewaan. Saya, seperti banyak pemuda lain, dihadapkan pada kenyataan pahit: minimnya lapangan pekerjaan, kurangnya perhatian pemerintah, dan terbatasnya peluang bagi kami yang tinggal di daerah.
Mungkin saya bukan satu-satunya yang merasakan ini. Banyak teman-teman yang telah menyelesaikan pendidikan, baik diploma maupun sarjana, namun masih menganggur karena keterbatasan peluang kerja di Bangkalan.
Ironisnya, mereka yang akhirnya mendapatkan pekerjaan kebanyakan justru memilih merantau ke Surabaya atau kota-kota besar lainnya. Mengapa ini terjadi? Karena peluang di luar sana jauh lebih terbuka dibandingkan di Bangkalan.
Salah satu permasalahan utama yang saya lihat adalah kurangnya perhatian pemerintah dalam menciptakan terobosan baru untuk mengatasi pengangguran.
Program-program yang ada seakan hanya bersifat formalitas tanpa dampak nyata bagi masyarakat. Selain itu, saya juga melihat bahwa lapangan pekerjaan yang tersedia lebih banyak diisi oleh orang luar daerah.
Apakah kami, pemuda asli Bangkalan, tidak layak untuk mendapatkan kesempatan yang sama? Ketidakcocokan antara pendidikan yang kami tempuh dengan kebutuhan pasar kerja lokal menjadi masalah lain. Banyak sektor di Bangkalan, seperti industri atau jasa, memerlukan keterampilan khusus yang belum kami miliki.
Sementara itu, pelatihan atau program peningkatan keterampilan dari pemerintah masih minim dan kurang menjangkau.
Alih-alih membekali kami dengan kemampuan yang sesuai, banyak dari kami justru merasa ditinggalkan dalam proses pembangunan daerah. Saya ingin menyoroti bahwa pengangguran bukan sekadar masalah pribadi.
Ini adalah masalah sosial yang berdampak luas. Di Bangkalan, banyak kasus kejahatan seperti pencurian yang disebabkan oleh tekanan ekonomi. Orang-orang yang kesulitan mencari pekerjaan akhirnya terjebak dalam pilihan yang salah hanya untuk bertahan hidup.