Di zaman sekarang, kita lebih sering menunduk ke layar ponsel daripada melihat dunia sekitar. Bukan karena ponselnya, tapi karena media sosial yang mengisinya.
Media sosial telah menjadi bagian dari keseharian kita, bukan sekadar tren, melainkan gaya hidup yang sulit dilepaskan.
Menariknya, media sosial tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga sumber informasi utama bagi banyak orang.
Fenomena ini bahkan membuat media massa konvensional seperti koran, majalah, dan televisi mulai kehilangan audiensnya.
Jika dulu masyarakat bergantung pada media massa untuk mendapatkan berita, kini cukup dengan membuka Twitter (X), Instagram, atau TikTok, kita sudah bisa mengetahui apa yang sedang terjadi di dunia.
Perubahan Pola Konsumsi Informasi
Dalam ilmu komunikasi, ada teori yang dikenal sebagai Uses and Gratifications Theory (Katz, Blumler & Gurevitch, 1973). Teori ini menjelaskan bahwa audiens bukan sekadar penerima pasif informasi, tetapi mereka aktif memilih media yang sesuai dengan kebutuhan dan kepuasan mereka.
Saat ini, orang lebih memilih media sosial karena cepat, mudah diakses, dan interaktif dibandingkan dengan media konvensional yang cenderung satu arah.
Dulu, berita disampaikan oleh media massa dengan kontrol ketat terhadap isi dan kebenarannya. Namun, media sosial mengubah segalanya.
Siapa saja bisa menjadi “wartawan dadakan” yang melaporkan kejadian secara langsung tanpa melalui proses penyaringan redaksi. Inilah yang membuat sosial media lebih unggul dalam hal kecepatan dibandingkan media massa tradisional.
Tantangan Media Massa di Era Digital
Media massa kini menghadapi tantangan berat. Jika mereka tidak beradaptasi, mereka akan kehilangan relevansi. Buktinya, banyak surat kabar yang terpaksa menutup usahanya karena oplah menurun drastis.