Masalah ketenagakerjaan menjadi tantangan utama yang sering dihadapi oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini memerlukan perhatian khusus dari pemerintah karena isu ketenagakerjaan memiliki dampak signifikan terhadap stabilitas sosial dan ekonomi. Permasalahan yang tidak terkelola dengan baik dapat memicu peningkatan angka pengangguran dan memperburuk tingkat kemiskinan.
Negara berkembang umumnya menghadapi sejumlah isu utama dalam sektor ketenagakerjaan, seperti terbatasnya peluang kerja, tingginya jumlah pengangguran, rendahnya kualitas sumber daya manusia, upah yang tidak memadai, serta jaminan sosial yang kurang memadai.
Masalah diatas membutuhkan kebijakan dan inovasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan secara massif menyelenggarakan Job Fair (Pameran Kesempatan Kerja) dalam rangka menanggulangi pengangguran. Terhitung sepanjang tahun 2024 pemerintah telah melaksanakan 57 titik pelaksanaan Job Fair dengan ragam kemasan acara yang variatif.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus tahun 2024, angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2024 sebesar 4,91 persen dari jumlah Angkatan Kerja Nasional. Angka ini menunjukan penurunan sekitar 0,41 persen dibanding pada Agustus 2023. Penurunan ini, mengindikasikan adanya usaha positif yang dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai kebijakan yang dijalakan, salah satunya Job Fair. Meskipun demikian, masalah ketenagakerjaan tidak serta merta selesai.
Meskipun angka pengangguran mengalami penurunan, hal itu tidak dapat diklaim sepihak sebagai keberhasilan dari program Job Fair. Untuk melihat seberapa berhasil program tersbeut dalam menanggulangi pengangguran di Indonesia, perlu diukur dan dievaluasi efektifitas dari program tersebut. Evaluasi Porgram merupakan proses yang komprehensif dan melibatkan berbagai komponen untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang efektivitas, efesiensi serta dampak dari suatu program.
Dalam melakukan evaluasi program, menurut Paisal Halim (2024:256) dibutuhkan beberapa komponen evaluasi. Komponen-komponen tersbeut dijabarkan sebagai berikut;
Konteks Program
Konteks program merupakan faktor eksternal yang mendorong terhadap lahirnya suatu program. Dalam konteks Pameran Kesempatan Kerja atau Job Fair, Faktor determinan yang mempengaruhi program ini adalah masalah dan tantangan ketenagakerjaan, khususnya pengangguran. Program ini dirancang untuk mempertemukan pencari kerja (job seekers) dengan penyedia kerja (employers) dalam satu ruang interaksi langsung. Dalam konteks program, pelaksanaan job fair memiliki dimensi yang luas, melibatkan berbagai aspek kebijakan, teknis dan implementasi. Apabila dilihat secara seksama, Job Fair setidak-tidaknya dilatar belakangi 3 (tiga) kebutuhan mendasar, Tingkat Pengangguran Terbuka yang relatif tinggi. Kesenjangan Informasi Pasar Kerja bagi pencari kerja dan peningkatan kompetensi tenaga kerja, sehingga pameran kesempatan kerja menjadi sarana untuk memberikan informasi tentang pelatihan dan pengembangan keterampilan (upskilling dan reskilling).
Input Program
Dalam konteks evaluasi program, input merujuk pada semua sumber daya, baik manusia maupun material, yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan program. Dalam evaluasi Pameran Kesempatan Kerja (Job Fai) yang diselenggarakan oleh Kementerian Ketenagakerjaan, analisis input program merupakan langkah yang penting untuk memahami kesiapan dan efisiensi pelaksanaan program tersebut. Komponen yang paling penting dalam hal ini adalah adanya pencari kerja yang turut serta menghadiri pelaksanaan Job Fair. Kedua, adalah ketersediaannya lowongan kerja yang disediakan oleh perusahaan pemberi kerja.
Lebih detail lagi, ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Job Fair sebagai berikut;
- Sumber Daya Manusia mencakup kompetensi dan sejumlah personel yang terlibat dalam pelaksanaan, baik selama persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam hal ini yang terlibat adalah Penyelenggara baik kementerian ketenagakerjaan secara langsung atau dinas tenaga kerja yang tersebar diseluruh kota atau provinsi. Pencari kerja yang dalam hal ini adalah masyarakat yang sedang membutuhkan pekerjaan, baik sudah memasuki usia kerja atau yang sedang membutuhkan keterampilan (skill).
- Sumber Daya Keuangan dalam pelaksanaan ini adalah APBN secara keseluruhan, atau dapat berupa sharing cost dengan pemerintah daerah yang siap menyelenggarakan Job Fair. Jadi dapat disimpulkan masifitas kegiatan ini sangat bergantung dengan kekuatan APBN dan atau APBD yang disediakan oleh pemerintah.
- Sarana Prasarana merupakan salah satu penunjang dalam pelaksanaan kegiatan. Hal ini berkenaan dengan lokasi kegiatan, fasilitas yang memadai selama kegiatan dan teknologi pendukung seperti platform yang digunakan dan sebagainya. Dalam pelaksanaanya sepanjang tahun 2024, pelaksanaan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat lokasi yang digunakan sangat strategis, diselenggarakan di kota-kota besar dan tempat pelaksanaan yang mudah diakses oleh pegunjung, Aplikasi atau platform yang digunakan dalam setiap kegiatan adalah Siapkerja yang dapat diakses melalui https://jobfair.kemnaker.go.id/web
Proses Pelaksanaan
Proses pelaksanaan merupakan komponen penting dalam evaluasi program, karena mencerminkan bagaimana rencana diterapkan di lapangan. Dalam konteks pameran kesempatan kerja atau Job Fair, evaluasi komponen ini bertujuan untuk menilai sejauh mana kegiatan berlangsung sesuai dengan rencana, kendala yang dihadapi, dan efektivitas implementasinya dalam mencapai tujuan.