APBD Surabaya 2024: Masterpiece Gagal yang Layak Diabadikan

APBD Surabaya

Kalau bicara soal APBD Surabaya, kita harus akui: kinerjanya benar-benar bikin “kagum”. Dalam empat tahun terakhir, trennya konsisten memburuk, lho.

Hebat kan? Jarang-jarang ada yang konsisten seperti ini, apalagi dalam urusan realisasi target pendapatan dan belanja daerah. Salut banget, deh!

Coba kita intip apa kata BPK RI soal ini. Ternyata, penentuan kepala Badan Pendapatan Daerah itu nggak pake hitung-hitungan matang soal potensi pajak daerah.

Wah, keren ya? Ngapain ribet pakai pendekatan makro atau mikro segala, kan? Hasilnya? Ya jelas target pendapatan daerah jadi nggak akurat dong. Tapi ya sudahlah, yang penting prosesnya “fun”!

Eh, ada lagi nih! Dokumen perencanaan daerah kabarnya juga nggak melibatkan kajian ilmiah dari pakar. Hadeuh, buat apa juga sih pakar? Kan semua bisa “asal jalan”. Lagian, siapa bilang dokumen perencanaan itu harus kredibel? Toh, udah jadi kebiasaan, kok.

Oh ya, soal UU HKPD, yang katanya mewajibkan penganggaran pajak dan retribusi memperhatikan kebijakan makroekonomi dan potensi daerah… Yah, itu kan cuma pasal. Pasal itu kan cuma buat dibaca, bukan buat dipatuhi. Santai aja, semua beres, kok (katanya)!

Mari Kita Afirmasi Angka-Angkanya

Ternyata, selama empat tahun terakhir, realisasi pendapatan daerah rata-rata cuma 91% dari target. Nah, ini nih yang disebut seni bekerja dengan target “menantang”. Bukan sekadar nggak tercapai, tapi juga konsisten, loh! Belanja daerah lebih seru lagi, rata-ratanya cuma 87%. Kalau di game, ini udah unlock “Achievement: Underdeliver.”

2024 ini, pendapatan daerah hanya 88% dari target Rp11,3 triliun. Realisasinya? “Hanya” Rp9,94 triliun. Luar biasa, ya! Padahal angkanya udah dibikin mantap-mantap. Sementara itu, belanja daerah cuma 83,8%.

Dari target Rp11,5 triliun, realisasinya cuma Rp9,6 triliun. Emang lagi-lagi keren, belanja dihemat segitu banyak. Siapa bilang Surabaya nggak jago ngatur uang?

Fluktuasi yang “Artistik”

Kalau mau bahas tren, ini sih seni keuangan tingkat tinggi. Pendapatan daerah 2021 masih 96%, tapi langsung anjlok ke 89,5% di 2022, terus “stabil” di 89,6% pada 2023, dan tahun ini (2024) makin “menawan” di 88%. Konsistensi penurunan yang patut diacungi jempol!

Berita lainnya !

Bagikan:

Tinggalkan komentar