Jalan Desa di Sampang Dibangun Hasil Swadaya dan Sumbangan dari Koin TikTok, Warga Pertanyakan Dana Desa

Tiktok
Viral pembangunan jalan dana swadaya di Sampang (Foto: Kamaluddin/detikJatim)

Sampang – Inisiatif warga Dusun Maggar, Desa Batuporo Barat, Kecamatan Kedundung, Sampang, dalam membangun jalan desa secara swadaya dengan tambahan dana dari koin TikTok viral di media sosial.

Di jalan yang dibangun, warga secara terang-terangan menuliskan, “DANA WARGA DAN TIKTOK,” seolah sebagai bentuk sindiran terkait pemanfaatan dana desa yang dipertanyakan.

Jalan yang dicor ini ramai dibicarakan netizen. Banyak dari mereka menyoroti langkah warga yang harus urunan dan bahkan mengandalkan donasi dari koin TikTok untuk memperbaiki akses jalan.

Koin Tiktok vs Dana Desa

Hal ini menimbulkan beragam komentar kritis yang mempertanyakan alokasi dana desa yang seharusnya digunakan untuk pembangunan infrastruktur.

“Nah yang jadi pertanyaan saya, dana desa-nya dikemanakan? Karena setiap desa pasti punya jatah untuk dana pembangunan,” tulis seorang netizen dalam kolom komentar.

Menurut Ihyak Ulumiddin, warga setempat yang menginisiasi proyek ini, pembangunan tersebut bermula dari hasil rembukan tokoh masyarakat. Karena kebutuhan akan jalan yang memadai, masyarakat pun bersepakat untuk gotong royong.

"Setelah sukses membangun dua titik, banyak masyarakat yang meminta jalannya diperbaiki dengan sumbangan dan dikerjakan secara gotong royong," ujar Ihyak.

Baca Juga !  Sekdakab Sampang Pimpin Rapat Evaluasi Smart City Tahap II

Ihyak menyebut, ia sengaja merekam proses gotong royong itu dan mengunggahnya ke akun TikTok pribadinya. Tak disangka, unggahan dan sesi siaran langsung (live) tersebut menarik perhatian pengguna TikTok lainnya, yang akhirnya tergerak untuk ikut berdonasi.

"Saat kerja itu saya unggah di akun TikTok, dan saya live juga. Eh, ternyata dari situ cukup banyak yang tertarik dan ikut nyumbang. Untuk mewujudkan sumbangan tersebut kami buatkan tulisan di jalan itu," kata Ihyak.

Kasus ini mendapat sorotan luas di media sosial, karena dianggap menyiratkan kekecewaan warga terhadap perangkat desa yang dinilai abai terhadap kebutuhan pembangunan.


Baca terus konten-konten artikel, berita dan opini menarik lainnya hanya di katamadura.com

Berita lainnya !

Bagikan:

Tinggalkan komentar