Koneksi dengan Budaya dan Pengetahuan
Nah, yang menarik, salah satu saudaranya, Kangjeng Kiai Adipati Suroadimenggolo V, dipuji oleh Raffles, si penjajah Inggris, sebagai orang yang paham banget tentang budaya dan peradaban Jawa. Raffles sendiri pernah meminta Sultan Sumenep untuk menerjemahkan manuskrip berbahasa Sansekerta, dan ternyata hasil terjemahan Sultan cocok dengan terjemahan yang diberikan orang Hindustan.
Katanya, Sultan Abdurrahman ini bisa menguasai sekitar 40 bahasa! Makanya, dia dapat gelar Doktor Honoris Causa di bidang kebudayaan dari Kerajaan Inggris, lengkap dengan hadiah kereta kencana yang jadi salah satu koleksi Museum Keraton Sumenep. Kereta ini dikenal dengan sebutan Kereta Melor, yang dulunya merupakan hadiah dari Inggris.
Hidup Sederhana dan Warisan Spiritual
Uniknya, Sultan ini nggak pernah mau pamer harta. Dia lebih suka hidup sederhana dan sering menjauh dari kemewahan. Malah, dalam sebuah pertemuan, dia pernah menempatkan emas sebagai alas kakinya, sementara yang lain menempatkannya di atas kepala. “Dunia ini hina,” katanya. “Jadi, harus di bawah telapak kaki, bukan di atas kepala.”
Sultan Abdurrahman Pakunataningrat adalah sosok yang layak dikenang sebagai pemimpin yang arif, alim, dan zuhud. Dengan berbagai keahlian di bidang agama, bahasa, dan budaya, beliau meninggalkan jejak sejarah yang inspiratif.
Sikapnya yang menjauhkan diri dari keduniawian mengajarkan kita untuk menghargai pengetahuan dan menjalani hidup dengan sederhana. Sejarahnya menjadi cerminan bahwa ketulusan dan kebijaksanaan adalah kunci untuk dihormati oleh siapapun, baik rakyat maupun penjajah.
Baca terus konten-konten artikel, berita dan opini menarik lainnya hanya di katamadura.com
Satu pemikiran pada “Jejak Sang Sultan: Cerita Sultan Abdurrahman Pakunataningrat yang Penuh Hikmah”