Tindakan yang dilakukan oleh satu individu atau kelompok kecil tidak dapat menggambarkan perilaku seluruh komunitas masyarakat.
Oleh karena itu, diperlukan edukasi dan pendekatan yang lebih bijaksana untuk menghapus stigma yang dapat memperburuk hubungan antarbudaya dan masyarakat.
Misal melalui institusi Pendidikan yang menurut saya dapat merubah pola pikir masyarakat sekitar sebagai mahasiswa PPG Prajabatan saya beranggapan bahwa kurangnya penerapan pendekatan Social Emotional Learning (SEL) secara masif.
Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diperhatikan. Selain itu, pendekatan ini dapat membantu peserta didik mengembangkan kemampuan pengelolaan emosi, empati, dan keterampilan sosial, yang pada akhirnya dapat mencegah perilaku impulsif serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya menghormati hak dan martabat orang lain.
Dengan demikian, pendidikan berbasis SEL tidak hanya membentuk individu yang cerdas secara akademik, tetapi juga berkarakter dan mampu memberikan kontribusi positif kepada masyarakat.
Mungkin itu juga terlalu ribet dan butuh proses yang lama, lalu bagaimana solusi jangka pendeknya, kita buat saja konten-konten konyol yang menampilkan cara berpikir unik orang Madura atau Bangkalan.
Misalnya, jualan bensin eceran didepan pintu masuk pom bensin, atau jadikan jembatan Suramadu sebagai spot memancing yang asyik. Hahaha bercanda, dan yang lebih baru mungkin, jualan mie di depan gerai mie Gacoan.
Entahlah, yang jelas saya bisa pastikan jangan takut punya pacar orang Bangkalan, tidak semua orang Bangkalan berani membakar kok, meskipun banyak juga dari cowok Bangkalan yang belum berani membawa pacarnya ke pelaminan. Hahahahha.
Baca terus konten-konten artikel, berita dan opini menarik lainnya hanya di katamadura.com