Bangkalan – Batik Al-Warits di Bangkalan, Madura, mempopulerkan inovasi batik aromaterapi yang memadukan wangi cendana hingga gaharu. Produk ini tak hanya melestarikan budaya batik khas Madura, tetapi juga membawa harum nama Indonesia hingga ke mancanegara.
Pemilik batik Al-Warits, Warisatul Hasanah, memulai usahanya sejak 2008 ketika masih menjadi mahasiswa. Ia mengembangkan ide batik beraroma setelah menghadapi tantangan pemasaran di Australia, di mana batiknya kurang diminati karena motif mencolok dan pewarna sintetis. Dengan menggabungkan tradisi Madura dan inovasi aromaterapi, ia menciptakan batik beraroma khas, yang bahkan diakui bermanfaat untuk kesehatan.
Batik Aromaterapi Al-Warits kini tersedia dalam berbagai aroma, seperti buah untuk anak-anak, aroma eksotis untuk remaja, dan wangi rempah untuk dewasa. Aroma pada kain dapat bertahan hingga empat tahun, berkat proses pengolahan khusus yang memakan waktu 3-6 bulan.
"saya formulakan di aromaterapi sudah langsung simpel semua dengan batik aromaterapi ,Ibu tidak perlu naruh itu tidak perlu mandiin setiap Minggu setiap hari setiap malam Jumat kan. Jadi semua sudah simpel jadi satu berarti aromaterapi, gitu taruh di lemari sudah tidak ada," tuturnya.
Produk ini dijual mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 50 juta, terutama untuk batik gentongan berkualitas tinggi yang menggunakan teknik rumit. Inovasi Warits telah membawa Al-Warits membuka cabang di Malaysia, Singapura, Korea, Jepang, hingga Amerika Serikat.
Kesuksesan Warits juga didukung Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), yang membantu pelatihan desain dan teknik ekspor. Kini, Al-Warits menjadi ikon batik Madura yang tidak hanya mempertahankan tradisi, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi bagi para perajin lokal.
Warisatul Hasanah saat menerima tim penilai dari Birda Provinsi Jawa Timur dan Tim Balitbangda Kabupaten Bangkalan
Saat ini, inovasi batik aromaterapi ini sedang dalam penilaian oleh Tim Penilai Inotek Award 2024 dari Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Provinsi Jawa Timur. Penilaian dilakukan pada Kamis (21/11/2024) sebagai bagian dari pengakuan terhadap karya inovatif yang berdampak besar dalam pengembangan ekonomi dan budaya lokal.
Dalam ajang ini, Kabupaten Bangkalan mengirimkan lima inovasi unggulan, dua di antaranya berhasil melaju ke tahap akhir dan penilaian lapangan. Inovasi tersebut meliputi aplikasi Bang Sadap dan Batik Al-Warits dari Kecamatan Klampis.
Bang Sadap (Bangkalan Satu Data Pembangunan) merupakan sebuah sistem berbasis informasi geospasial untuk tata kelola data informasi pembangunan daerah. Aplikasi ini bertujuan meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam pengelolaan data pembangunan.
Baca terus konten-konten artikel, berita dan opini menarik lainnya hanya di katamadura.com