Bangkalan – Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Hidayatullah Al Muhajirin, KH. Lainul Qolbih Hamzah, mengajak para santri, alumni, serta simpatisan melakukan ziarah ke makam Sultan Abdul Kadirun yang berada di belakang Masjid Agung Bangkalan, Senin (18/08).
KH. Lainul Qolbih Hamzah menjelaskan, kegiatan ini bertujuan agar para santri dan alumni dapat mengenal lebih dekat sejarah para pendahulu Bangkalan sekaligus meneladani perjuangan mereka.
“Dengan ziarah ini, kami berharap para santri, alumni, dan masyarakat bisa lebih mencintai sekaligus peduli terhadap sejarah dan peninggalan leluhur, khususnya tokoh besar seperti Sultan Abdul Kadirun,” ujarnya.
Menurutnya, mengenang jasa tokoh terdahulu merupakan bagian penting dalam menumbuhkan kecintaan terhadap daerah dan meningkatkan kepedulian terhadap sesama.
Mengenal Sultan Abdul Kadirun
Menurut Beberapa Sumber, Raden Abdul Kadirun merupakan putra Panembahan Adipati Tjakraadiningrat (Sultan Bangkalan I) dengan permaisuri kedua, Raden Ayu Saruni. Sejak muda ia dikenal tangguh dan piawai memimpin pasukan.
Pada 1800, ia memimpin 500 prajurit Madura membantu Belanda melawan Inggris dalam Perang Cilincing di Batavia, yang berakhir dengan kemenangan. Atas jasanya, ia mendapat gelar Pangeran Mangkuadiningrat serta penghargaan berupa baki emas.
Tiga tahun kemudian, pada 1803, ia kembali menunjukkan kepiawaiannya dengan menumpas pemberontakan Raden Bagus Idum di Cirebon. Kemenangan itu memberinya hadiah keris bergagang emas bertabur intan.
Kepercayaan ayahnya semakin besar hingga ia dipersiapkan sebagai Raja Muda dengan gelar Pangeran Adipati. Setelah ayahnya wafat pada 1815, Abdul Kadirun naik tahta sebagai Sultan Bangkalan bergelar Sultan Abdul Kadir.
Pada masa pemerintahannya, pasukan Bangkalan dikenal disegani dan kerap diminta Belanda membantu pertempuran di berbagai daerah, seperti Yogyakarta, Jambi, Bali, hingga Sulawesi.