“Namanya juga usaha, pernah semalam tak ada satupun orang yang mampir, tapi inilah suka dukanya,” timpalnya.
Baginya, hidup di warkop kecilnya adalah tentang menghargai momen-momen sederhana, secangkir kopi hangat, obrolan ringan, dan suasana malam tanpa Wi-Fi yang mengganggu.
Di balik gerobak kayunya, ia selalu siap menyambut siapa saja yang ingin menikmati kedamaian sesaat di tengah kesibukan kota.
Baca terus konten-konten artikel, berita dan opini menarik lainnya hanya di katamadura.com
Berdasarkan hasil potret fotonya yang diunggah sepertinya bertentangan dengan pernyataan ini, “Pengunjungnya lebih sibuk dengan android ketimbang ngobrol dengan sesama.” Mereka yang di foto fokus sama androidnya semua😁