Bangkalan – Sinwani, Pemuda kelahiran tahun 2001, menjalani kesehariannya sebagai penjaga angkringan kecil di sebrang jalan pintu gerbang Polres Bangkalan, tepatnya di sebelah selatan Taman Makam Pahlawan.
Tempatnya sederhana, gerobak kayu berukuran tiga meter berwarna coklat. Namanya Angkringan Gang Kopi, memang tak ramai akan fasilitas canggih, tapi disitulah itulah daya tariknya.
Setiap sore menjelang senja, Sinwani mulai membuka gerobaknya, Menu yang ia tawarkan sederhana, kopi hitam pahit tapi kaya rasa, kopi susu dan es tape, perpaduan unik yang memancing rasa penasaran. Di samping kopinya, ia menjual makanan khas angkringan, telur puyuh, sosis bakar, dan pentol bakar yang gurih dengan aroma menggoda. Orang-orang yang singgah di warungnya tidak hanya mencari makanan, tetapi juga ketenangan.
Suasana di angkringan Sinwani berbeda dari kebanyakan tempat di era modern. Tidak ada Wi-Fi, dan itu memang disengaja.
“Biar orang bisa ngobrol beneran,” katanya sambil tersenyum.
Ia menyadari, banyak angkringan kopi lain yang penuh orang, tapi sepi dari percakapan. Pengunjungnya lebih sibuk dengan android ketimbang ngobrol dengan sesama. Namun di angkringan Gang Kopi, suasana itu berbeda, orang-orang datang untuk bercakap, tertawa, atau sekadar melepas penat setelah bekerja.
Setiap malam, suasana warkop menjadi hidup. Beberapa pelanggan tetap sudah seperti sahabat bagi Sinwani, mereka duduk di lencak (bangku) bambu yang ada di dekat gerobak sambil menyeruput kopi panas. Sesekali, angin malam yang berhembus membawa suara kendaraan di jalan Soekarno-Hatta.
Saat Benyak anak muda memilih untuk melamar pekerjaan ke kantor-kantor ber-Ac, Sinwani memilih berada di antara tumpukan gelas dan aroma kopi yang mengepul.
“Saya masih malas untuk melamar pekerjaan seperti orang-orang, mending seperti ini, lebih bebas dari hiruk pikuk tuntutan kerja,” kata pemuda lulusan STKIP PGRI Bangkalan itu.
Setiap malamnya, sinwani mampu mengantongi penghasilan sekitar 200 ribu. Meski kadang sering pula ia tak dapat apa-apa.
Berdasarkan hasil potret fotonya yang diunggah sepertinya bertentangan dengan pernyataan ini, “Pengunjungnya lebih sibuk dengan android ketimbang ngobrol dengan sesama.” Mereka yang di foto fokus sama androidnya semua😁