Jejak Orang Madura di Surabaya: Cerita Migrasi dan Peran di Balik Gemerlap Kota Pahlawan

Orang Surabaya sering menjuluki Orang Madura dengan istilah Blok M, blok Mexico, bahkan ada daerah di Surabaya yang dijuluki kawasan Istambul (Istana Bolak Banteng). Orang Madura begitu terkenal di Surabaya, alasannya banyak, mulai dari menguasai separuh lahan parkir, bos-bos besi tua dan lain sebagainya.

Kelihatan nya orang Madura menjadi ras penguasa selain para orang Tionghoa. Tapi anak muda jaman sekarang, atau anak-anak kekinian mungkin tidak paham asal muasal dan sejarahnya orang Madura begitu terkenal dan banyak bermukim di Surabaya.

Sebuah penelitian mahasiswa Universitas Airlangga yang tertuang dalam Skripsi nya pada Tahun 2014, berjudul Migrasi Etnis Madura di Surabaya.

Penelitian itu mengungkap bagaimana orang Madura berbondong-bondong ke Surabaya pada periode 1906 Hingga 1942. Skripsi yang ditulis Ridho Setya Aji ini menyebutkan jika salah satu alasan migrasi etnis Madura ke Surabaya adalah karena alasan Ekonomi.

Ekonomi sebagai Pemicu Migrasi Orang Madura ke Surabaya

Penelitian yang menggunakan metode sejarah ini memanfaatkan arsip-arsip penting seperti Memorie Van Overgave der Residentie-Madoera dan Residentie Soerabaja, serta dokumen statistik dan laporan tahunan terkait tenaga kerja di Surabaya. Arsip-arsip tersebut ditemukan di Badan Arsip Nasional dan Perpustakaan Nasional RI, Jakarta.

Desakan ekonomi menjadi faktor utama migrasi etnis Madura. Minimnya peluang mata pencaharian di Pulau Madura mendorong masyarakatnya untuk mencari penghidupan yang lebih baik di Surabaya.

Baca Juga !  Tujuh Pelanggaran Terlapor, Pilkada Sumenep Diwarnai Ketidaknetralan

Pada awal abad ke-20, Surabaya menjadi kota pelabuhan terbesar kedua setelah Batavia, dengan perkembangan ekonomi yang pesat. Selat Madura yang strategis juga menjadi jalur perdagangan yang ramai, menarik perhatian banyak imigran, termasuk etnis Madura.

Pada rentan waktu 1906 hingga 1942 itu, kondisi Surabaya tengah Meningkat terutama di pembangunan pabrik-pabrik, Surabaya menciptakan kebutuhan tenaga kerja yang tinggi.

Namun, pekerjaan formal yang memerlukan kualifikasi khusus sulit dijangkau oleh pendatang dari Madura yang umumnya tidak memiliki keterampilan formal.

Peran Sektor Informal dalam Kiprah Etnis Madura

Akibatnya, mayoritas etnis Madura beralih ke sektor informal seperti berdagang, menjadi buruh, tukang cukur, hingga pedagang sate.

Berita lainnya !

Bagikan:

Tinggalkan komentar